HIPOSPADIA
A.
DEFINISI
Hipospadia adalah suatu kelainan bawaan berupa muara
uretra yang terletak di sebelah ventral
penis dan sebelah prokimal ujung penis. Hipospadia merupakan salah satu dari
kelainan congenital paling sering pada genitalia laki laki, terjadi pada satu
dalam 350 kelahiran laki-laki, dapat dikaitkan dengan kelainan kongenital lain
seperti anomali ginjal, undesensus testikulorum dan genetik seperti sindroma
klinefelter.
B. ETIOLOGI
Penyebeb kelainan ini adalah maskulinisasi inkomplit dari
genitalia karena involusi yang prematur dari sel interstitial testis.
C. MANIFESTASI KLINIS
Pada kebanyakan penderita terdapat penis yang melengkung
ke arah bawah yang akan tampak lebih jelas pada saat ereksi. Hal ini disebabkan
oleh adanya chordee yaitu suatu jaringan fibrosa yang menyebar mulai dari meatus yang letaknya abnormal ke glands
penis. Jaringan fibrosa ini adalah bentuk rudimeter dari uretra, korpus
spongiosum dan tunika dartos. Walaupun adanya chordee adalah salah satu ciri
khas untuk mencurigai suatu hipospadia, perlu diingat bahwa tidak semua
hipospadia memiliki chordee.
D. KLASIFIKASI
Klasifikasi hipospadia yang digunakan sesuai dengan letak
meatus uretra yaitu tipe glandular, distal penile, penile, penoskrotal, skrotal
dan perineal.
Semakin ke
proksinal letak meatus, semakin berat kelainan yang diderita dan semakin rendah
frekuensinya. Pada kasus ini 90% terletak di distal di mana meatus terletak di
ujung batang penis atau di glands penis. Sisanya yang 10% terletak lebih
proksimal yaitu ditengah batang penis, skrotum atau perineum.
Berdasarkan letak
muara uretra setelah dilakukan koreksi korde, Brown membagi hipospadia dalam 3
bagian : (1) Hipospadia anterior : tipe glanular, subkoronal, dan penis distal.
(2) Hipospadia Medius : midshaft, dan
penis proksimal (3) Hipospadia Posterior : penoskrotal, scrotal, dan perineal.
E. PERKEMBANGAN EMBRIONIK
DARI HIPOSPADIA
Perkembangan dari penis dan skrotum dipengaruhi oleh
testis. Tanpa adanya testis, maka struktur wanita seperti klitoris, labia
minora dan labia mayora dominan, tetapi dengan adanya testis, klitoris membesar
menjai penis, sulkus antara labia minora terbentuk menjadi uretra dan labia
mayora berkembang menjadi skrotum, ke dalam sana testis kemudian turun. Hipospadia terjadi
jika sel testis yang berkembang secara premature berhenti memproduksi Androgen,
karena itu menimbulkan interupsi konversi penuh dari genitalia eksterna menjadi
bentuk laki laki.
F. MASALAH PADA HIPOSPADIA
1.
Masalah psikologis pada anak karena
merasa malu akibat bentuk penis yang berbeda dengan teman bermainnya.
2.
Masalah reproduksi karena bentuk penis
yang bengkok menyebabkan penis susah masuk ke dalam vagina saat kopulasi,
cairan semen yang disemprotkan melalui saluranuretra pada tempat abnormal.
3.
kesulitan penentuan jenis kelamin
terutama jika meatu uretra terletak di perineum dan skrotum terbelah dengan
disertai kriptorkismus.
4.
Biaya yang cukup besar karena prosedur
operasi yang bertahap
5.
Kemungkinan adanya kelainan congenital
yang lain seperti kelainan ginjal sehingga perlu dianjurkan untuk pemerikaan
foto polos abdomen dan pielografi intravena.
G. PENATALAKSANAAN
Dikenal banyak tehnik operai
hipospadia, yang umumnya terdiri dari beberapa tahap yaitu :
1. Operasi pelepasan chordee dan tunneling
Dilakukan pada usia 1,5-2
tahun. Pada tahap ini dilakukan operasi eksisi chordee dari muara uretra sampai ke glands penis. Setelah
eksisi chordee maka penis akan menjadi lurus tetapi meatus uretra masih
terletak abnormal. Untuk melihat keberhasilan eksisi dilakukan tes ereksi
buatan intraoperatif dengan menyuntikkan NaCL 0,9% kedalan korpus kavernosum.
2. Operasi uretroplasty
Biasanya dilakukan 6 bulan setelah operasi pertama. Uretra
dibuat dari kulit penis bagian ventral yang di insisi secara longitudinal
pararel di kedua sisi.
H. PEMERIKSAAN PENUNJANG
§
Pemeriksaan darah lengkap, urine lengkap
§
Uretroskopi
I. PRINSIP TERAPI DAN MANAGEMEN PERAWATAN
1.
Koreksi bedah.
2. Persiapan prabedah
3. Penatalaksanaan pasca bedah
v Anak harus dalam tirah baring
v Baik luka penis dan tempat luka donor harus
dijaga tetap bersih dan kering
v Perawatan kateter
v Pemeriksaan urin untuk memeriksa kandungan
bakteri
v Masukan cairan yang adekuat untuk
mempertahankan aliran ginjal dan mengencerkan toksin
v Pengangkatan jahitan kulit setelah 5-7 hari
J. KOMPLIKASI
Komplikasi
yang biasa terjadi antara lain striktur uretra (terutama pada sambungan meatus
uretra yang sebenarnya dengan uretra yang baru dibuat) atau fistula.
K.
DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG SERING MUNCUL
Pra Bedah
1. Cemas berhubungan dengan krisis situasional
2. Kurang pengetahuan tentang kondisi,
prognosis, kebutuhan pengobatan berhubungan dengan keterbatasan kognitif
Pasca Bedah
1. Resiko Infeksi berhubungan dengan tindakan
invasif
2. Nyeri akut berhubungan dengan cidera fisik
akibat pembedahan
No comments:
Post a Comment